DIBALIK POLITIK AMERIKA SERIKAT


Resensi
Judul Buku: The Power of Israel in USA
Penulis: Prof. James Petras
Peresensi: Mustatok*
Tahun Terbit: Januari 2008
Tebal :336 hlm
Harga: 39.900

Amerika Serikat selalu mengagungkan ujaran “Demokrasi”. Demokrasi adalah harga mati bahkan sakral. Apapun yang tergambar sebagai demokrasi selalu dianggap baik dan patut didukung. Demikian juga sebaliknya, apapun yang membahayakan demokrasi patut dicurigai dan perlu diberangus. Demokrasi memperkuat dirinya sendiri, dan memaksimalkan cakupan spasialnya. Pemerintah-pemerintah demokratis mendorong demokrasi melalui ekspansi militer, bahkan sebelum adanya perang kolektif mereka terhadap terorisme. Kondisi demokrasi semakin meliar dengan skema yang sulit ditebak. Dikatakan Francis Fukuhama “Gagasan tentang demokrasi sangat terkait erat dengan identitas Nasional Amerika. Amerika serikat dengan penuh semangat terlibat di seluruh penjuru dunia, bertindak sebagai kekuatan perdamaian dan kemakmuran dunia. Memperluas masyarakat demokrasi global adalah tujuan utama dari kebijakan luar negeri AS”. Pertanyaanya kemudian adalah apakah ukuran kebijakan luar negeri Amerika Serikat?. Di sisi lain apakah memang ukuran perdamaian dan demokrasi Amerika Serikat dapat cocok dan diterima di Negara lain? Apakah memang ada cukup nilai pembenar perdamaian mesti diperoleh meskipun dengan menciptakan (melalui) kekerasan?. Atau antara kekerasan dan perdamaian dapat dipersandingkan?. Nilai kedamaian yang dicapai dengan kekerasan adalah kedamaian yang rapuh. Bagaikan menanam bom waktu yang suatu saat bisa meledak ketika kekuatan penyeimbang (kekuatan represif) semakin rapuh.
Setidaknya Irak menjadi contoh nyata. Perdamaian yang digadang-gadang segera dapat dinikmati pasca rezim otoriter Saddam, ternyata khayalan absurd yang semakin menjauh. Janji Amerika untuk menanamkan perdamaian dengan pemerintahan yang egaliter demokratis hanya sebatas kedok legal untuk penumbangan orde Saddam Hussein. Setelah itu Irak dibiarkan semakin membara, konflik berdarah merupakan menu keseharian. Anak-anak di Irak nyata terintimidasi masa depan mereka. The Big Sam sampai saat ini masih mencengkeramkan kukunya di Irak. Kemenangan yang diklaim semakin tidak bermakna. Yang ada hanya halusinasi dan semakin suburnya perasaan ketidakpercayaan public terhadap USA. Namun demikian Amerika Serikat merasa memang sudah selayaknya bertindak demikian. Amerika tidak patut dipersalahkan dengan maraknya kekerasan ataupun semakin banyaknya nyawa yang hilang. Amerika tetap angkuh sebagai penyebar kedamaian. Pertanyaannya kemudian, apakah memang benar, dan cukupkah memandang konflik di Irak sekadar konflik keniscayaan demokrasi?
Buku the Power of Israel in USA menerangkan dengan gamblang semua alasan invansi negara super power tersebut ke Timur tengah. Tidak hanya di Irak, di Buku ini juga disajikan ada sekenario agung antara Israel-Yahudi-Amerika untuk memberangus Negara-negara Timur Tengah yang dari kaca mata kepentingan Israel mempunyai potensi penghalang bagi ketentraman eksistensi Negara Israel. Proyek penghancuran itu berkisar pada Iak, Iran Syiria dan Negara-negara kuat lain di timur Tengah. Penulis buku ini Prof. James Petras, seorang Profesor di Emeritus Brighamton University USA menyatakan bahwa ada kepentingan yang menunggangi kebijakan luar negeri Amerika terhadap dunia Arab dan Timur Tengah. Prof. ini menyebutnya sebagai kepentingan ideologis zionis.
Konteks ideologis ini mampu menjelaskan hubungan Israel dan Amerika Serikat. Dengan berbagai pertimbangan yang tidak mudah dimunculkan namun sangat kentara menghias di dunia Arab dan Timur Tengah. Inkonsistensi Amerika terhadap demokrasi adalah bagian kuat hubungan dialektis Amerika-Yahudi-Israel ini. Hal ini dibuktikan tatkala Palestina menyelenggarakan Pemilu pada 25 Januari 2006. Yang menurut kebanyakan pengamat politik Timur-Tengah adalah sebuah pemilu yang paling bersih yang pernah dilakukan di Negara Arab Timur-Tengah. Pemilu pada saat itu dimenangkan secara mutlak oleh HAMAS. Namun demikian pemerintahan Israel segera menolak mengakui hasil demokrasi tersebut. Israel menolak mengembalikan pajak pendapatan warga Palestina. Mereka menutup semua saluran perdagangan dengan sengaja, sehingga mengurangi secara drastis penghidupan warga Negara Palestina yang sudah sangat menderita. Bahkan Israel juga memulai juga serangkaian serangan keji dan berkepanjangan. Lalu apa yang dilakukan Amerika? Tidak ada satupun pimpinan Amerika yang mengucapkan sepatah kata kritik sekalipun. (hlm.17 )
Memang secara kasat, hubungan Israel-Amerika Serikat ini tidak mudah dipahami. Kuatnya pro-Israel dan lobi Yahudi di Amerika adalah bentukan sejarah panjang. Bahkan di dalam pengambil kebijakan dan dewan penasihat dalam lingkungan pemerintahan Amerika serikat telah tertanam jauh sebelum terbentuknya negara tanpa peta (Israel) ini.
Ketidakmungkinan lepasnya kebijakan Amerika dari trilogi Yahudi-Amerika-Israel ini terkait erat dengan kontribusi Yahudi-Israel kepada keberlangsungan perekonomian dan pendanaan politik di Amerika. Survei terbaru oleh Ricard Coken dari Washington Post menunjukkan hasil bahwa 60% pendanaan Partai Demokrat berasal dari PACs (Political Action Committees) Yahudi Pro-Israel dan 35% untuk Partai Republik.
Buku ini layak mendapat apresiasi dan dikonsumsi oleh semua pihak. Kelebihan buku ini adalah pada bentuk penulisannya yang inventigatif, menghadirkan teori baru tentang demokrasi Amerika Serikat dan kebijakan-kebijakan luar negeri menyangkut negara-negara yang menjadi target Israel. Juga data-data yang tidak ditemukan pada buku lain.
Mustatok
Mahasiswa Pascasarjana ICAS-paramadina Jakarta Branch of ICAS-London,
Aktif di The Indonesian Famous Institute dan Kelompok Studi Tlaga Hijau, Ciputat.
Alamat Penulis, gg. Tlaga Hijau, No 77 C, Kerta Mukti, Pisangan, Ciputat, 15419.
Telp. 021 32678034.

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih