MEMBURU CASANOVA sang PEMBUNUH
Resensi Dimuat Media Indonesia, 09 Augustus 2008
Judul Buku :
Killing Her Softly
Pengarang :
Beverly Barton
Penerbit:
Dastan Books
Tahun Terbit :
I, Juni 2008
Tebal Buku :
Lulu Vanderley, gadis cantik, periang dan berasal dari keluarga kaya dari Mississipi ditemukan tewas di kamarnya. Sangat sedikit bukti yang dapat mengarahkan kematiannya sebagai kasus pembunuhan. Kematian Lulu sealami kematian biasa; gagal pernafasan. Bagaimana mungkin Lulu bisa dibunuh? Tidak ada seorangpun yang tidak mencintainya. Lulu Venderley adalah gadis yang menyenangkan, sahabat yang asyik dan ceria. Dalam diri Lulu yang ia kenal, tidak pernah ada sedikitpun niatan untuk sengaja menyakiti orang lain, kecuali jika kebebasan jiwa yang dimiliki Lulu untuk menjalani hidup sebebas-bebasnya dan menikmati semua kesenangan yang ada di depannya dianggap kesalahan.
Mengingat Lulu Venderley bagi Quinn Cortez adalah melihat bayangan dirinya dalam cermin. Lulu Venderley adalah penjelmaan dirinya (Quinn Cortez) dalam versi wanita. Lulu tidak pernah ditolak oleh seorang priapun, sebagaimana dirinya tidak pernah ditolak oleh wanita manapun. Lulu menikmati laki-laki sama halnya dengan ia menikmati wanita. Aturan main yang mereka jalankan juga tidak jauh berbeda. Tidak ada ikatan, setiap orang memainkan permainan yang adil. Tidak ada janji-janji dalam hubungan, apalagi cinta. Semuanya hanya dilandaskan kebutuhan biologis semata, selebihnya tidak ada. Namun kenapa justru kini kematian Lulu dituduhkan kepadanya? Dia dan Lulu yang mempunyai kesamaan aturan main?. Atau mungkinkah Lulu telah melibatkan dirinya dengan seseorang yang telah menolak aturan mainnya selama ini? Apakah seseorang telah memutuskan jika mereka tidak dapat memiliki Lulu secara eksklusif, lalu tidak ada orang lain yang dapat memilikinya?
Novel Killing her Softly karya Beverly Barton bercerita tentang sosok Casanova baru yang hadir dalam sosok Quinn Cortez, seorang pengacara ternama di Houston, yang pada akhirnya terperosok ke dalam kasus pembunuhan yang menimpa kekasihnya – tepatnya, satu diantara sekian kekasihnya yang pernah ada. Pembunuhan terhadap Lulu Venderley menjebaknya sebagai seorang tersangka utama. Pencarian pembunuh Lulu ini menyeret Quinn untuk membuktikan ketidakbersalahannya. Namun di sisi lain, wakil keluarga korban, Annabelle Venderley, sepupu Lulu, berkukuh untuk membuktikan bahwa Quinnlah pembunuhnya, dan bertekad memberikan hukuman setimpal baginya, bagaimanapun caranya.
Kehadiran Annabelle untuk menuntut balas atas kematian Lulu, tidak sedemikian berjalan mulus. Annabelle yang datang ke wilayah kepolisian Memphis tidak dibekali informasi yang cukup tentang sosok pembunuh Lulu yang oleh kepolisian wilayah Mimphis di arahkan kepada Quinn Cortez. Tak heran kebencian Annabelle kepada Quinn sebagai pembunuh sepupunya, mendadak dipertanyakan kembali seketika setelah dengan tidak sengaja justru dirinya diselamatkan oleh Quinn Cortez dari sergapan para pemburu berita. Quinn Cortez yang ada dihadapannya kini sangat berbeda dengan bayangan pembunuh yang telah ia tanamkan dalam benaknya sebelumnya. Sebagai wanita, Ia merasa apa yang oleh setiap wanita rasakan, terserap ke dalam pesona Quinn. Bahkan kalau saja Quinn tidak menjadi tersangka dalam pembunuhan sepupunya, ia merasa Quinn sangat ideal didamba oleh semua wanita, mungkin juga termasuk dirinya.
Menyusul Lulu Vanderley, satu persatu, sejumlah wanita cantik ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Pembunuhan dilakukan dengan cara membekap korban dengan bantal, sampai mereka tewas. Setiap pembunuhan memiliki ciri yang sama, yakni jari tengah korban hilang dimutilasi. Kecurigaan kepolisian Memphis semakin mengarahkan pelaku pembunuhan pada sosok Quinn Cortez. Quinn kini bagi kepolisian adalah Casanova pembunuh, setelah identifikasi menunjukkan bahwa semua para korban ternyata adalah mantan kekasih Quinn. Apalagi ia mengaku tidak ingat apa-apa saat tiap pembunuhan terjadi.
Berpacu dengan waktu, Quinn Cortez dibantu dengan pengacaranya, Kendall Well berusaha menyingkap dan membuktikan bahwa dia tidak pantas dituduh sebagai seorang Casanova pembunuh. Setelah enam perempuan meninggal, bukti mengarahkan, pembunuhan dilakukan bukan oleh Quinn. Sang pembunuh ternyata adalah Jace Morgan, sosok imitasi dari Quinn, yang ternyata adalah anak dari Quinn sendiri. Jace hanya menginginkan pembunuhan yang dilakukannya adalah bentuk pembebasan bagi mereka, seperti Ibunya yang telah menjadi korban dari Quinn Cortez.
Beverly Barton menghadirkan novel ini dalam bentuk novel bergenre thriller romantic, sosok Quinn, sang Casanova, yang tidak pernah mengenal cinta, justru tertambat cintanya pada seorang Annabelle, yang ironisnya adalah musuhnya dalam hukum dan kasus yang ia hadapi. Beverley sendiri adalah penulis wanita best seller yang telah menghasilkan lebih dari tiga puluh novel romantis laris. Ia kerap memenangkan berbagai penghargaan, seperti Maggie Award, Reader’s Choice Award, dan Career Achievement for Series Romantic Adventure dari Romantic Times. Novel-novelnya telah terjual jutaan copy di banyak Negara.
Novel ini layak dikonsumsi siapa saja, mengingat pemakaian tulisan dalam bahasa tutur yang lugas, cerdas, dan menegangkan. Novel ini sekaligus menjadi pemantik terlahirnya karya-karya novel Beverly selanjutnya. Diilhami dengan karakter-karakter tokoh pelengkap di dalam novel ini, Baverly kemudian menghasilkan novel suspense romantisnya dengan judul Close Enough to Kill yang terilhami dari karakter Jimmi Norton, sang detektif dalam buku ini.
*Mustatho’, Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, aktifis The Indonesia
Famous Institute dan Ciputat Writing Center (Cititer) Jakarta.
Alamat; Jl. Legoso Raya, RT. 03/07, No. 28, Pisangan, Ciputat, 15419.
Telp. 021 32678034. Hp. 0815 7878 5376
Blog. http//.mustathok.blogspot.com
Email. tatok.m@gmail.com
Comments