Bumi Kalimantan


LAUT BUMI dan RAWA-RAWA
(Awal Episode di Sengata, Kutai Timur)

”Selalu ada rasionalisasi untuk semua hal”.
Jawaban inilah yang mungkin keluar dari mulutku saat ini. Tapi tidak saat itu, ketika aku kecil yang tampak terbengong di hadapan gambar rumah Gadang.
Rabo (26/11) pukul 11.05 WIB penerbangan Sriwijaya Air Surabaya-Balikpapan telah berkemas untuk take of. Dimulai dengan rutinitas simulasi penyelamatan diri oleh ” 2 pramugari pesawat” yang cantik-cantik, menjadikan hiburan tersendiri bagi sebagian penumpang di awal penerbangan. Bagaimana tidak, meskipun setiap penumpang tentunya hapal sehapal mengeja nama dua plakat nama ”DIAN” dan ”RARA” yang tertempel di dada sebelah kiri masing-masing pramugari, namun tetap saja mereka adalah santapan manis di awal perjalanan panjang yang bakal di jalani oleh sebagian besar penumpang setelah penerbangan landing.
”Penumpang Sriwijaya Air, Perjalanan kita akan take of pada pukul 11.15 WIB. Perjalanan ini akan memakan waktu terbang sekitar 1 jam. Pesawat akan landing di Bandara Balikpapan pada pukul 13.15 menit. Demikian karena beda waktu antara SBY dan Balikpapan 1 jam. Pasang sabuk pengamanan anda dan selamat menempuh penerbangan”. Suara lantang kopilot membuyarkan lamunanku, menyadarkan bahwa peragaan gratis ”tarian robotik” pramugari telah usai.
Tepat pukul 13.15 pesawat Sriwijaya menjejakkan kaki-kaki berodanya di bumi Kal-Tim Balikpapan. Meskipun bumi baru, udara baru, bahkan waktu baru, Kaltim terasa bukanlah bumi yang lain berbeda dengan Jawa. Hampir di setiap sudut pembicaraan para sopir taxi, agen tiket dan petugas Bandara Balikpapan dapat ditemukan dialek Jawa meskipun sebagian terusir paksa dengan aksentuasi bahasa Banjar. Langkah kakipun mantap menelusuri lobi menuju pintu keluar bandara. ”Mas Arep nang endi?”. Seorang sopir taxy mendekat. ”Benar toh!”. Batinku membenarkan asumsi awalku.
Tawar menawar harga antara aku, temaku dari semarang Ahmad Jalaluddin Hasbiyallah dengan sopir taxy menyepakati harga perjalanan ke Samarinda dengan ongkos 200 rb dengan syarat kita mau membawa serta seorang Bapak tua yang oleh sopir dikatakan kehabisan bekal perjalanan.
Laut bumi dan rawa-rawa adalah penggambaran tanah (bumi) kaltim yang dominan dengan air. Hanya ada satu kata, air (Rawa-rawa) yang oleh penduduk lokal kemudian didirikan rumah gadang.

Bersambung....

Mohon Kesabaran seluruh Pengunjung blog ini, cos ngenet di kutai timur lumayan mahal, asal tau aja ngenet di sini 10 ribu per jamnya.

Thanks

Comments

Ibnul A'robi said…
Selamat berjuang di tempat baru. Kesuksesan hanya untuk mereka yang berusaha. Di manapun kita berada, semangat itu harus tetap menyala .. untuk menjadi obor setiap langkah yang kita ayun..
Mustatho said…
Trimakasih Mas Aak!

Telah menjadi sobat, rekan dan kawan,bagiku.

sejatinya, nilai inilah yang telah lama hilang dari bangsa kita, mengapa kemudian bangsa ini terpuruk dan sulit untuk bangkit

(Inspiring to develop).

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih