I'tibar dari Ibrahim a.s

I’tibar dari sejarah Nabi Ibrahim
Mustatho’
(tugas Pertama dari STAIS Sangatta sekaligus welcome note)

Kaum muslimin, jamaah ‘Aidin dan ‘Aidat yang dirahmati Allah. Di pagi yang penuh rahmat ini, kita semua umat muslim Indonesia, bahkan semua umat muslim di seluruh pelosok dunia, tentu sangat bersyukur kepada Allah Swt, bahwa atas perkenaan-Nya kita semua diberikan kesempatan untuk melaksanakan rukuk, sujud dari solat id adha dan kemudian merayakan Hari Raya Qurban tahun ini bersama-sama. Sepantasnya kita kumandangkan Takbir, tahlil, dan Tahmid hingga empat hari ke depan nanti.

Allahu akbar, 3X
Hadirin id adha Rahimakumullah,

Umat Islam dikarunia oleh Allah dua hari raya, yakni id fitri dan id adha, yang memiliki maknanya masing-masing. Bila Idul Fitri adalah hari bahagia atas keberhasilan menempa diri, maka Idul Adha lebih merupakan hari yang disediakan secara khusus untuk mengekspresikan sejarah.

Umat muslimin diajarkan oleh Allah, agar senantiasa mengingat peristiwa-peristiwa yang besar, peristiwa-peristiwa yang bernilai tinggi yang berdimensi “iman” dan “taqwa”. Peristiwa Idul Adha adalah peringatan atas karya-karya dan peristiwa besar yang dialami Nabi Ibrahim a.s dengan segala pengorbanannya yang luar biasa I’tibarnya bagi kita.

Kalau Buah dari id fitri adalah fitrah dan kesucian naluriah, maka buah dari id adha adalah i’tibar dengan sejarah kurban dari Nabi Ibrahim. mengingat sejarah berarti proses mengambil sebuah kesimpulan dari sebuah kenyataan dan kemudian merefleksikan dalam kehidupan kita.
Allah akbar, 3 X
Hadirin rahimakumullah
Dalam surat al-Kautsar Allah berfirman: "Aku telah memberimu nikmat yang banyak. Maka shalatlah karena Tuhanmu dan sembelihlah hewan kurban." Dua hal yang duperintah Allah dalam surat ini adalah mengerjakan shalat dan menyembelih kurban (karena Allah, bukan karena manusia).
Sebagaimana Shalat bertujuan tidak hanya menyembah kepada Allah, tetapi sekaligus brtujuan intrinsik dalam diri manusia sebagai pencegah tindakan keji dan mungkar, maka Hari raya kurban mengandung makna peribadatan vertikal sekaligus sosial.
Nilai vertikal hari raya kurban adalah ketundukan pada Allah atas perintahnya untuk berkurban, sementara nilai sosial ibadah kurban adalah pembagian secara merata atas nikmat Allah, dalam hal ini adalah daging kurban.
Allah akbar, 3 X
Kaum muslimin Rahimakumullah
Kurban, berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan yang artinya adalah dekat. Berkurban berarti usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Artinya apa, bahwa dengan berkurban adalah simbolisasi usaha kita untuk menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan diri pada Allah SWT. Penghalang mendekatkan ini bisa aja datang dengan berbagai bentuknya, seperti ego kita, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda yang berlebih dan terutama bahaya mencintai yang terlalu berlebih pada keluarga kita.
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahi-I-hamd!
Saudara-saudara kaum muslim yang dirahmati Allah. Nabi Ibrahim a.s, sebagai prototype pertama sejarah kurban adalah teladan yang baik dalam kehidupan kita. Bagaimana Nabi Ibrahim patuh terhadap perintah Allah datang kepada Ibrahim as melalui mimpinya yang berturut-turut selama tiga hari untuk menyembelih anak kesayangannya saat itu, Ismail.
Kisah ini digambarkan dalam Surat al-Shaffat ayat 102-113. yang berbunyi

Allah akbar, 3 X
Hadirin rahimakumullah
Nabi Ibrahim bukanlah tipe manusia ambisius jabatan, tapi kemudian Allah justru memberikan mandat kepemimpinan atas sekalian umat manusia. Ibrahim a.s, bukan tipe manusia rakus harta, tapi Allah justru melimpahkan kesejahteraan untuk keluarganya. Ibrahim a.s, bukan tipe manusia KKN, tetapi Allah memberikan anugerah paling muliah kepada keturunannya yang melahirkan para Rasul dan Nabi. Ibrahim a.s. sampai Nabi terakhir Muhammad SAW.
Rasulullah saw pernah bersabda: Ana ibn al-dzabihayn. Aku keturunan dua orang yang (akan) disembelih. Yang dimaksud beliau dengan sabda itu adalah Ismail as dan Sayyid Abdullah, ayahnya sendiri.
waqiila, Abd al-Muththalib, kakek Nabi, pernah bernazar menyembelih seorang anaknya jika telah memiliki sepuluh orang anak atau telah berhasil menggali kembali sumur Zamzam. Hajat terkabul dan Abu Thalib mengundi nama anak-anaknya untuk dijadikan sembelihan nazar. Nama yang keluar dalam undian adalah Abdullah, anak bungsu yang paling ia sayangi.
Ia menuntun Abdullah sambil membawa parang untuk disembelih di Ka’bah. Tapi orang-orang Quraisy mencegahnya. Abdul Muththalib bingung dan mereka menyarankan agar ia menemui seorang dukun perempuan. Sesampai di rumah dukun itu, Abd al-Muththalib diperintah untuk mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Jika yang keluar nama Abdullah, maka ia harus menebusnya dengan dengan sepuluh ekor unta sampai Tuhan ridho. Setelah dilakukan undian, ternyata yang keluar selalu nama Abdullah. Ia mengulangi undian sampai mencapai seratus ekor unta. Baru kemudian sepuluh ekor unta yang keluar. Abdullah tidak jadi disembelih dan sebagai gantinya adalah seratus ekor unta
Allahu Akabar, Allahu Akabar, wa lillaahi-I-hamd!
Saudara-saudara kaum muslim yang dirahmati Allah. Dari sejarah atau cerita Nabi Ibrahim a.s ini, apabila kita tarik pada kehidupan sekarang ini maka kita harus berani dan bersedia melakukan :
Pertama, terus menerus menegakkan, menjaga dan meluruskan keimanan kita kepada Allah. Dengan menghancurkan semua penghalang yang menjauhkan diri kita dari Allah.
Kedua, kita harus berani dan bersedia “mengorbankan” apa yang ada pada kita yang kita sayangi, demi ketaatan dan keikhlasan kepada Allah.
Ketiga, membangun dialog antara anak dan bapak secara demokratis,
Keempat, membangun etos kerja dengan memiliki kemampuan intelektual yang handal agar dapat memberdayakan umat.
Kelima, disetiap saat di dalam hidup seorang muslim hendaklah selalu siap sedia memperjuangkan kemerdekaan.

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih