TIDAK ADA LOGIKA DALAM AGAMA


RAHMAT-NYA LAMPAUI PERTIMBANGAN LOGIS-MATEMATIS

Satu kisah inspiratif dari dunia sufi tentang seorang alim dan pelacur. JANGAN PERNAH MENGHAKIMI KARENA TUHAN SATU-SATUNYA HAKIM.

“Dikisahkan, seorang alim bertetangga dengan seorang pelacur. Setiap kali orang alim itu memandang ke rumah tempat tinggal pelacur tadi, dalam benaknya yang dia bayangkan adalah perbuatan mesum. Dia selalu mengira pelacur itu pasti bermesuman.
Prasangka buruk ini merasuki dirinya sedemikian rupa dan membuatnya sangat benci terhadap pelacur. Ingin rasanya dia mengusir pelacur itu, tapi dia takut dituduh tidak bijaksana, padahal masyarakat telanjur mengenalnya sebagai orang alim yang bijak.

Sebaliknya, setiap kali si pelacur memandang ke rumah orang alim itu, batinnya meratap sambil berdoa: “Betapa mulia-Nya Engkau Tuhan, memiliki hamba mulia seperti tetanggaku yang alim itu, dihormati, dan disegani dalam masyarakat. Orang-orang dari berbagai pelosok berkunjung kepadanya, menimba ilmu dan memohon doa restu.
Ya, Tuhan! Aku sangat ingin seperti dia, hidup terhormat, jauh dari dosa dan maksiat. Tunjukkan aku jalan-Mu, dan jangan Engkau tinggalkan aku tersesat seperti ini!”

Demikianlah terjadi setiap hari, orang alim melihat pelacur itu dengan kegeraman dan kebencian. Sebaliknya, si pelacur melihat orang alim dengan penuh takjub dan rasa bangga.

Pendek cerita, tibalah hari pembalasan. Orang alim itu diseret malaikat ke pintu neraka. Dia protes, kalian pasti salah orang, tidak mungkin aku masuk neraka. Coba periksa kembali buku amalku. Malaikat pun membuka buku amal dan berkata: betul sekali Anda tercatat sebagai orang saleh dan sangat alim. Buku ini penuh rekaman amal-kebajikan.

Tapi, satu hal membuat Tuhan murka dan tidak rida kepadamu. Engkau selalu melihat orang lain dengan kacamata hitam dan prasangka buruk. Contoh konkretnya, engkau selalu melihat pelacur, tetanggamu itu, dengan penuh kebencian, tiada belas kasih sedikit pun. Lupakah engkau bahwa surga dan neraka ciptaan Tuhan untuk hambanya. Hanya Dia yang berhak memilih siapa di antara hamba-Nya akan menghuni surga atau neraka.

Sementara, ketika diantar malaikat menuju gerbang surga, si pelacur pun protes: “Kalian tidak salah orang? Rasanya aku tidak pantas masuk surga. Buku amalku penuh torehan dosa. Walaupun demikian, kata malaikat, ada satu hal, tampaknya sepele dan sering diabaikan manusia, justru itu yang membuat Tuhan rida.

Engkau selalu menaruh harapan baik kepada Tuhan, dan selalu positive thinking atau husn al-dzan terhadap manusia. Ketahuilah, surga dan neraka sepenuhnya milik Tuhan. Hanya Dia yang Mahatahu siapa yang bakal masuk ke dalamnya.
Kisah sufi ini menginspirasi kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya memiliki harapan baik kepada Tuhan. Begitu sering Al-Quran dan hadis Nabi berpesan: “Jangan pernah putus asa dari rahmat Tuhan.” Ana inda dzanni abdi bi (Aku mengikuti perkiraan hambaku). Maksudnya, kalau manusia punya pengharapan baik terhadap-Ku, Aku pun demikian terhadapnya, demikian sebaliknya.

Al-Quran juga mengingatkan perlunya selalu positive thinking kepada sesama manusia. Tidak mudah memang, sebab selalu saja datang godaan membelokkan kita berperilaku seperti perilaku Tuhan, yaitu menghakimi manusia. Sejatinya, hanya Tuhan yang punya hak prerogatif untuk menghakimi, bukan manusia.

Sebagai manusia, kita cukup ber-fastabiqul khairat, berkompetisi secara sehat melakukan sebanyak mungkin amal kebajikan. Kita tidak tahu pasti, siapa di antara kita diterima amalnya, atau paling banyak amalnya. Hanya Dia Yang Mahatahu.

Diangkat kembali dari artikel S. Musdah Mulia “Jangan Beribadah Karena Pamrih”, http://gp-ansor.org/books/14153-14102009.html. Rabu, 14 Oktober 2009 13:04

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih