CITA - CITA CINTA

CINTA ITU BERTUMBUH MENJADI HARAP


Muna Habibah, nama itu ayah pilihkan untuk engkau wahai anak pertamaku yang lahir pada sabtu 9 juli 2011 dengan harapan engkau nantinya akan menjadi oase di tengah kegersangan kasih sayang manusia kepada sesamanya dan ketidakpedulian manusia kepada dunianya (dunia – akhirat). Namamu artinya cita-cita kasih; unsur dari namamu adalah unsure progresif dan potensial di mana engkau akan selalu mengarah pada nilai kasih dan akan selalu berpegang pada kasih sayang dalam kehidupanmu nak!. Walau engkau saat ini belum mengerti nak, percayalah masa depan akan menuntunmu pada pemahaman bahwa para pejuang kasih-sayang tidak akan pernah merasa terasingkan, ada teman sejati yang jika engkau sepi akan selalu menjadi api penghangatmu, Dia itu sumber kasih sayang, Tuhan dengan kasihnya menjadi alasan engkau terlahir ke dunia.

Nak Habibah, Engkau terlahir sebagai perempuan, tentu perempuan itu sebuah tanggung jawab tersendiri disamping tanggung jawab yang lain yakni duniamu akan berbeda dari dunia ayahmu kini. Tanggung jawab dirimu sebagai perempuan adalah mengembalikan keberadaan dunia yang terlanjur diciptakan sebagai laki-laki oleh kaum laki-laki; kemudian meneruskan tanggung jawab tersebut dalam konteks zamanmu.
Engkau anakku terlahir dari kesusasahan bundamu setelah 9 bulan di dalam dunia rahim ibumu. Engkau pada fase awal kehamilanmu oleh bidan kampung dinilai mempunyai sifat dan sikap “kuat”, “keras” dan “suka-suka” sebagaimana layaknya sikap laki-laki. Semoga itu adalah wujud kekuatanamu, prinsipmu dan keteguhan hatimu untuk tetap memegang dan mewujudkan cita-cita serta tidak gampang menyerahmu pada system atau aturan yang tidak berprinsip pada keadilan dan kasih sayang pada kehidupanmu mendatang.

Nak, engkau terlahir tanpa ada proses pembukaan, karena dokter katakan engkau 7 bulan masih nyungsang. Dibawa oleh ayah dan bundamu ke tukang urut hanya sehari engkau balik pada posisi sungsangmu.

Anakku Muna Habibah sayang, engkau kini sudah 11 bulan (9 Juni 2012); proses usia yang oleh ayah sendiri menyaksikan perkembanganmu. Mulai engkau mengeja kata “tet…” prep” sampai saat kini engkau benar-benar bisa mengucapkan kata “ayah” dan “mama” secara sempurna. Dari semenjak engkau terlahir sebenarnya Ayah sdh bisa bangga menjadi seorang ayah darimu. Engkau memberi cahaya pada lingkungan sekitarmu, menangis tidak karena lapar, engkau menangis karena orang sekitarmu pengen mendengar tangismu; engkau pipis dan eek (buang air besar) bukan karena kekenyangan tapi karena orang di sekitarmu tersanjung mengganti popokmu.

Di sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur engkau terlahir, kota kabupaten kecil yang baru mekar pada tahun 1999. Ayahmu bersuku Jawa yang hijrah ke Kalimantan karena tawaran (janji) PNS Dosen dari sebuah institusi perguruan tinggi agama di sini. Ibumu bersuku bangsa Banjar, dimana ayah dan ibu dipertemukan secara kebetulan. Hingga pertemuan itu diteruskan dengan pernikahan; ayahmu nikah tanpa dampingan orang tua (mbah kakungmu) karena juga permintaan ayah sendiri yang tidak ingin merepotkan Bapak dan Ibu di Jawa sana. Nak dalam hidupmu ikutilah nuranimu karena Jawa atau Banjar bukan ukuran tapi keteguhan dan cita-cita yang bersih akan membawa kepada kebaikan. Engkau berkah kehidupan bagi keluarga, masyarakat (lingkungan) dan agamamu. Amin.

Anakku jika engkau besar nanti, maafkanlah ayahmu jika menemukan tulisan ini kurang sempurna. Setidaknya engkau akan memahami seperti itulah aspek kelahiranmu dari kaca mata ayahmu yang tidak sempurna ini. Nak, bahwa ayah bukan orang kaya, ayah bukan orang pintar, ayah bukan agamawan, tapi ayah ingin menjadi ayah terbaik bagimu untuk membahagiakanmu dan keluarga ini. Amin….

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN