KOTAK KAYU RAHASIA KERAJAAN MONGOL


Judul Buku:
The Treasure of Genghis Khan
Penulis:
Clive Cussler dan Drick Clussler
Penerbit:
Dastan Books
Tahun Terbit:
2008

Dimuat di Media Indonesia Sabtu, 14 Juni 2008


Sejarah penakhlukan selalu menyisakan peristiwa-peristiwa heroik. Napoleon Bonaparte, Salahuddin Al-Ayyubi, Adolf Hitler, dan seterusnya. Semuanya menyisakan romantisme perjuangan dan kegigihan yang patut dibanggakan. Penakhlukan sendiri mempunyai dua makna ekstim bagaikan dua sisi mata pisau yang sama-sama tajam. Dari satu sisi, penakhlukan adalah peristiwa heroisme yang tertinggi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk negaranya, disisi lain penakhlukan dapat dimaknai sebagai kebengisan oleh negara kepada Negara lain.
Penakhlukan adalah sebuah seni, inilah yang dihadirkan dalam buku The Treasure of Genghis Khan karya Clive Cussler dan Drick Clussler ini. Seni sendiri mempunyai sisi keindahan yang berbeda dalam banyak kasus. Seni penakhlukan Napoleon akan berbeda strategi dari seni perangnya Hitler, Mussolini, ataupun dengan Salahuddin al-Ayyubi. Begitu juga sebaliknya. Namun demikian sisi seni dari setiap penakhlukan pada dasarnya mempunyai arus utama yang sama yakni kepercayaan pada keutamaan, kebesaran dan kesucian misi yang mereka emban. Tujuan inilah yang mampu menggerakkan sebuah pasukan memasuki daerah asing, melakukan penakhlukan, invasi dan terakhir menyatukan dunia di bawah satu pimpinan. Mimpi untuk menyatukan dunia ini begitu nyata bagi para penakhluk.
Clive Cussler dan Drick Clussler menulis novel historis ini dalam bentuk navigasi naratif. Menghadirkan fakta-fakta tentang kekuasaan Mongol yang dimulai dari kepemimpinan Ghengis Khan sampai pada runtuhnya pada tahun 1294 dengan Khubilai Khan sebagai raja terakhir.
Genghis Khan yang agung yang biasa disebut sebagai sang penakhluk dari Timur adalah seorang penakhluk yang ulung, terkenal dengan kecerdasannya, melampaui berbagai medan perang, menakhlukan hampir semua daratan. Menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia.
Ekspansi menyatukan daratan ini kemudian diteruskan oleh Khubilai Khan sang cucu dari kakek buyut Ghengis Khan. Satu misi yang belum diraih oleh Khubilai Khan adalah menundukkan daratan Jepang. Agustus 1281 Khubilai Khan membulatkan tekad untuk menebus kegagalan menguasai Jepang. Namun keadaan berkata lain. Lagi-lagi karena factor kondisi alam Jepang yang tidak bersahabat, Khubilai Khan menuai kegagalan. Kegagalan Mongol yang terburuk semenjak era Ghengis Khan.
Dalam badai laut ini Armada Laut Khubilai Khan hancur terhempaskan. Bahkan Khubilai Khan sendiri terseret badai ke tengah lautan. Terkatung-katung dengan kondisi yang tidak terperikan. Ditengah kondisi yang tidak menentu, ketidaktahuan arah, kehabisan perbekalan makan dan keletihan yang begitu dasyat mengintai armada lautnya, Khubilai Khan menemukan arah kembali pulang setelah terdampar di pulau yang tidak pernah terjamah oleh armadanya. Khubilai Khan mendapatkan pertolongan navigasi kelautan dari kepala suku Armandon hingga sampai ke Mongol kembali. Pada akhirnya, dominasi kekaisaran Mongol runtuh satu decade setelah peristiwa ini. Pada tahun 1294 Khubilai Khan menemui ajalnya dan minta dimakamkan di pulai terpencil di tengah lautan bersama dengan semua raja Mongol lainnya. Tidak ada satu rakyatpun yang mengetahui letaknya secara persis karena setelah pemakaman semua pasukan yang menghantar jenazah raja-raja Mongol ini wajib untuk dibunuh, demi kerahasiaan makam raja-raja Mongolia.
Agustus 1937 di Shang-Tu, Cina, tepat 656 tahun setelah kekalahan armada Laut Khubilai Khan menginvasi Jepang, seorang arkeolog Inggris menemukan sebuah kotak kayu yang diduga berisi diagram lokasi rahasia makam Ghengis Khan. Akankah rahasia lokasi makam Ghengis Khan dan raja-raja Mongol ditemukan?
Novel ini dengan dramatis menggambarkannya, dan di sinilah kepintaran penulis dan kelebihan novel ini. Alur cerita dibungkus dengan epik-epik heroistis, membungkus pokok bahasan novel dengan kerahasiaan. Diagram rahasia lokasi makam raja-raja Mongoliapun tetap tersimpan rapi, karena pesawat yang ditumpangi oleh Arkeolog Inggris ini tertembak oleh pesawat militer Jepang. Sang arkeolog tertembak dan tidak dapat menyelamatkan situs yang begitu bersejarah, kotak kayu yang berisi diagram lokasi makam-makam suci yang bisa mengungkap fakta sejarah tentang kekuasaan Mongol tetap tidak tersentuh.
Riset untuk menemukan situs peninggalan kerajaan Mongol tetap diteruskan oleh para peneliti setelahnya. Bahkan ahli riset antar Negara (Jepang dan Cina serta Negara peneliti independent) bersaing untuk mendapatkan sisa kerajaan mongol yang tinggal satu ini. Bahkan mereka didukung oleh kekuatan Negara masing-masing untuk mendapatkannya. Juni 2007 di Danau Baikal, Siberia, Dirk Pitt nyaris tewas saat menyelamatkan sebuah tim survey minyak dari amukan gelombang pasang. Tim survey ini kemudian diculik dan kapal riset Pitt nyaris kalam. Setelah itu kontak senjatapun bergulir dan memakan banyak korban. Kotak kayu yang beisi diagram lokasi makam raja-raja Mongol tidak tersentuh sama sekali. Tetap terjaga dalam kerahasiaannya sampai saat ini.
Satu catatan yang perlu ditambahkan mengenai buku ini adalah nalar tutur yang informative, menghibur, dibumbui dengan aksi yang bergulir begitu cepat dan mengagumkan. Menembus batas pikiran pembaca, mengarahkan imaginasi pembaca pada sejarah panjang masa awal penakhlukan Ghengis Khan, masa pertengahan dengan runtuhnya dominasi Mongol dan dengan masa kekinian dengan tetap terjaganya rahasia situs makam para raja Mongol. Dari sini buku ini layak untuk dikosumsi oleh semua kalangan.

*Mustathok, Penikmat Novel tergabung dalam, The Indonesian Famous Institute dan Kelompok Studi Tlaga Hijau, Ciputat.
Alamat, gg. Tlaga Hijau, No 77 C, Kerta Mukti, Pisangan, Ciputat, 15419.
Telp. 021 32678034. Hp. 0815 7878 5376

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih