PERGOLAKAN TRADISI IBU DI GRANADA


Judul Buku :
Granada Genosida Kebudayaan di Andalusia
Pengarang :
Radwa Ashour
Penerbit:
Buku Mutu Publishing
Tahun Terbit :
Mei 2008
Tebal Buku :
350 halaman
GRANADA GENOSIDA KEBUDAYAAN DI ANDALUSIA
posted in Koran Jakarta, 17 Juni 2008

Tradisi Islam yang dipeluk oleh masyarakat Granada seumpama jantung kehidupan sangatlah berarti, dijunjung hampir sepadan dengan agama yang mereka percayai kebenarannya. Ketika tradisi ini dipaksakan diganti dengan tradisi baru (Kristen-Castile), tidak sedikit masyarakat yang memilih meninggakan Granada untuk sekedar mencari kehidupan sesuai dengan tradisi mereka. Inilah yang terjadi, ketika pemaksaan dari tentara Castile diterapkan, deportasi besar-besaran terjadi dari kota Granada, khususnya dari kampung al-Baycin. Namun tidak demikian bagi Abu Ja’far dan keluarganya. Mereka lebih memilih tetap tinggal dan mempertahankan tanah leluhurnya meski dengan konsekuensi ditangkap ataupun dibunuh oleh penguasa Castile. Lalu bagaimana kemudian mereka mampu bertahan menghadapi kekerasan dan perintah untuk mengganti tradisi dan agama yang mereka perlakukan berharganya sebagaimana kehidupan mereka sendiri?.
Buku Granada Genosida Kebudayaan di Andalusia yang ditulis oleh Radwa Ansour ini adalah sebuah sketsa perjuangan yang gigih dari keluarga kecil religius di Granada –tepatnya dikampung al-Baycin, yang dikepalai oleh seorang kakek Abu Ja’far dalam mempertahankan tradisi dan agama mereka dari pemusnahan agama dan pemberangusan tradisi yang dilakukan sebagai sebab kekalahan pasukan muslim dari tentara Castile yang menakhlukkan negara-negara Islam Spanyol termasuk Granada di dalamnya. Tradisi dan agama yang dipegangi sebagai pandangan hidup bagi orang al-Baycin akan tetap hidup dan dilaksanakan entah dengan bagaimanapun cara dan dalam keadaan apapun.
***
Siang yang cerah, tidak tergambar sedikitpun awan hitam mampu menutupi kecerahan suasananya. Namun hal ini tidak berjalan lama, suara hiruk-pikuk tiba-tiba memenuhi udara kota Granada. Saad dengan tergopoh-gopoh masuk ke dalam toko buku Abu Ja’far dan menemui majikannya. “Wahai Abu Ja’far para Prajurit Castile memaksakan untuk mengambil buku dari rumah-rumah penduduk dan merampas semua buku di Perpustakaan masjid al-Hamra”. “Kabarnya buku-buku itu mau di bakar di alun-alun el-Ramlah”, ujar Saad yang berbicara dengan tidak memberi kesempatan majikannya untuk menanggapi balik. Seketika itu juga jantung Abu Ja’far hampir berhenti berdetak, ia dengan terburu-buru langsung memakai sepatu botnya dan tanpa berpikir panjang bergegas ke alun-alun el-Ramlah yang terletak di depan masjid Al-Hamra. Salemah yang juga mendengar berita ini dengan segera pula menyusul kepergian kakeknya.
Bagaikan panggung drama, Abu Ja’far menyaksikan di depannya pembakaran buku-buku yang begitu dicintainya. Abu Ja’far saat itu hanya bisa diam, tidak mampu melakukan apapun. Bahkan justru yang pasti menghinggapinya adalah seribu kekalutan. Di dalam dadanya seakan tersumpal batu gunung yang begitu besar, hingga untuk bernapas saja ia merasa sangat sulit. Ia tidak bisa menerima kitab-kitab ini menjadi mangsa api begitu saja. Walupun merasa limbung, tidak kuasa melihat termasuk kitab sucinya dibakar, Abu Ja’far tetap bergeming, menguatkan diri untuk tetap mampu bertahan menghadapi kenyataan pahit di hadapannya. Abu Ja’far masih menyisakan dalam harapnya mungkin ada kemu’jizatan yang akan menggagalkan tindakan biadab di hadapannya. Namun setelah sekian lama, apa yang terjadi? Abu Ja’far hanya merasa semakin perih melihat Para serdadu Castile seakan sedang menggelar semacam upacara Api Unggun. Bedanya Api yang berkobar di depannya tidak sekedar membakar tumpukan kayu kering sebagaimana pesta Api unggun biasa, Api ini sekaligus membakar ratusan kitab yang ditumpuk hingga membukit di tengah-tengah lapangan. Pertolongan yang diharapkan urung turun.
Sejumlah tentara Castile membentuk brikade mengelilingi tumpukan buku dengan kobaran api yang terus merambat naik. Dalam sekejap api melahap kitab-kitab yang ada. Kertas-kertasnya mengulung seolah tengah berusaha mengelak dari sambaran api, namun tidak berhasil. Api menyambar, menggerogoti baris demi baris, kertas demi kertas, dan demikian kitab demi kitab habis terbakar.
Pasca kejadian perampasan dan pembakaran buku ini, toleransi yang semula masih diberikan pada masyarakat Granada walaupun secara ketat, berangsur hilang. Badan Inkuisisi kerajaan Castile merampas semua kitab berbahasa Arab yang masih tersisa di sebagian rumah penduduk, yang dimiliki secara diam-diam dan dari masjid-masjid. Pemerintahan Castile juga menetapkan dan mengganti masjid-masjid menjadi Gereja dan Katedral-Katedral.
Penguasa Castile benar-benar hendak menyulap Andalusia menjadi Spanyol modern yang steril dari segala macam atribut Islam. Warga muslim Granada dilarang keras berbicara dalam bahasa Arab, dilarang melakukan semua aktivitas yang berhubungan dengan dunia Islam, dilarang membaca dan mengoleksi kitab-kitab berbahasa Arab. Serdadu Castile tidak segan-segan menelanjangi, bahkan menggagahi seorang gadis, hanya karena gadis itu melenggang di jalan dengan busana Islam.
Represi dan intimidasi telah terbiasa dirasakan oleh masyarakat Granada, termasuk keluarga Abu Ja’far. Kejadian-kejadian yang telah menimpa mereka selama ini menempa mereka untuk kuat terhadap apapun dan untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi bagaimanapun. Keluarga-keluarga muslim Granada sebagaimana dilakukan oleh keluarga Abu Ja’far bermetamorfosis kebentuk apapun guna mendapatkan keamanan. Aisyah cucu menantu dalam keluarga Abu Ja’far mendidik anak-anaknya untuk bersikap seperti kebanyakan masyarakat Castile, memakai nama Baptis untuk pencatatan Sipil, menghadiri missa pada hari minggu dan menggunakan bahasa-bahasa Castile dalam pergaulan meraka. Mereka menerapkan standart ganda dalam kehidupannya. Di luar, waktu siang ketika berbaur dengan masyarakat Castile mereka beratribusi Castile dan di dalam, waktu bersama keluarga mereka tetap beratribusi warga muslim Granada yang tetap dengan nama Arab, berbahasa Arab dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim.
Namun sampai kapan keluarga ini mampu menyembunyikan identitasnya? Memainkan peranan gandanya? Karena setelah itu, satu persatu dari anggota keluarga ini ditangkap oleh pasukan kerajaan Castile. Saleemah cucu kesayangan Abu Jaafar ditangkap, karena terbukti mempelajari dan menyembunyikan kitab-kitab berbahasa Arab, bahkan tuduhan yang lebih fatal lagi adalah; praktek sihir dengan barang bukti pelbagai ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian yang dimilikinya. Vonis hukumannyapun tak tanggung-tanggung; Saleemah mendapat vonis dibakar hidup-hidup. Sementara Saad –suami Saleemah telah dipenjara lama sebelumnya atas tuduhan pemberontak, melakukan perlawanan terhadap tentara Castile dan membela pasukan muslim Maroko. Dan Abu Ja’far sendiri telah lama meninggal dunia persis setelah menyaksikan kitab-kitab kebanggaan kota Granadanya itu terbakar habis dalam pesta Api Unggun di el-Rahma.
Buku di tangan pembaca ini adalah buku pertama versi Indonesia dari tiga novel yang terhimpun dalam Tsulatsiyah Gharnatah (The Granada Trilogy), sebuah novel sejarah, yang bercerita banyak tentang pengusiran dan penderitaan masyarakat muslim Andalusia. Secara antropologis buku ini juga cukup representatif disebut sebagai kajian antropologi budaya, di samping karena penulisnya menghadirkan setting budaya masyarakat kota Granada yang cukup, juga karena penunjukan pada fenomena perubahan tingkah laku sebuah masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya sebuah sebab -baik eksternal ataupun internal sekaligus. Secara umum buku ini layak dikonsumsi siapapun, baik sebagai kajian ilmiah, sastra ataupun mungkin rujukan sejarah.

Mustatok Saat ini adalah penikmat novel sekaligus penggeliat kajian sastra yang tergabung dalam “Sanggar Tlaga Hijau Ciputat”. Alumnus UIN Yogyakarta ini juga pernah nyambi ngaji di IAIN Surabaya selama 2 tahunan.
Alamat: Gg. Tlaga Hijau No. 77 C, Kerta Mukti RT. 01 RW. 008, Pisangan Ciputat, 15419.
Telp. 021 32678034 Hp 081 578 785 376
Pengelola blog http//mustathok.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SOAL UTS Ushul Fiqih